My Love For Mark Ruffalo

22:50






Memulai debutnya di dunia Holywood pada tahun 90an, namun baru beberapa tahun terakhir namanya cukup terdengar luas setelah membintangi film - film box office seperti The Avengers dan Now You See Me. Selain seorang aktor juga merupakan seorang aktivis yang peduli lingkungan. Pernah mengidap semacam tumor otak yang membuat wajahnya lumpuh setengah sampai akhirnya pulih dan bisa berakting kembali.

Iya, gue paham kok paham kalau doi itu bapak bapak. Mark Ruffalo memang nggak seangkatan sama Logan Lerman ataupun Zac Efron, bahkan jauh diatas mereka. Mark kelahiran 1967 dan sekarang umurnya 49 tahun. Yep, I'm fangirling over bapak - bapak, hahahaha.  Dan terimakasih kepada pencipta internet, gue bisa menikmati Mark Ruffalo 'muda' di film - filmnya terdahulu. Berikut adalah film - filmnya yang sudah gue tonton dan membuat gue begitu jatuh cinta sama bapak satu ini.



1. The Avengers(2012), Avengers Age Of Ultron(2015) 

Dr.Bruce Banner/HULK



 "In case you needed to kill me, but you can't! I know! I tried!... I got low. I didn't see an end, so I put a bullet in my mouth... and the other guy spit it out!" 


Mark Ruffalo tampil begitu memukau sebagai Dr.Bruce Banner. Ia berhasil menampilkan seorang ilmuwan yang kaku, kikuk, dan terlihat sangat berhati - hati baik dalam bergerak, bicara, mungkin sampai bernafas karena tidak ingin sesuatu memicu dirinya berubah menjadi monster hijau.
Dan dialog diatas mampu menjelaskan keadaannya sebagai orang yang memiliki monster didalam tubuhnya(kenapa gue jadi inget Naruto...) dan bagaimana dia menghadapinya dan merangkum penjelasan lebar yang dihadirkan dalam film Hulk sebelum - sebelumnya( yang kurang membekas di hati) dan mengambil simpati para fans - fans Marvel.

Mark yang memang memiliki karakter wajah yang lembut dan tidak bisa terlihat seram saat marah cocok menjadi Bruce yang memang tidak terlihat sebagai karakter yang kasar, namun begitu marah akan berubah menjadi monster. Dia bisa membawakan Bruce Banner yang lembut, tenang, pintar, awkward, tapi kepalanya selalu penuh dengan berbagai macam hal.




2. Infinitely Polar Bear (2014)

Cameron Stuart


"Big deal how you live! It's not your fault! Tell them your father's manic depressive or bipolar or whatever they calling it these days! Don't not have friends because of me!"


Film tentang ayah - anak selalu membuat gue menjadi sentimentil, dan ya, selama film ini gue malah nangis. Padahal genre film ini masuk kategori drama komedi. Memang benar adanya, film ini membuat kita melihat seorang anggota keluarga yang memiliki kelainan mental dari sisi yang lebih cerah dan hangat. Tidak ada drama nangis - nangisan yang terlalu lebay. 

Infinitely Polar Bear menceritakan tentang sebuah keluarga interracial pada tahun 60an, dimana Cam adalah seorang ayah dari dua anak yang menderita bipolar karena mengalami mental breakdown dan harus masuk rumah sakit jiwa. Setelah dinyatakan bisa rawat jalan pun Cam tetap tinggal terpisah dari keluarganya meski tidak bercerai secara resmi dari istrinya, Maggie. Tapi tanpa drama tentunya, karena disini semua pihak mengerti bahwa Cam tidak bisa tinggal dalam kondisi mental yang tidak stabil, dengan Maggie yang bekerja dan anak - anak yang sekolah. Sampai suatu hari Maggie mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah dengan harapan setelah lulus akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik. Namun untuk itu dia harus kuliah diluar kota dan meninggalkan kedua putrinya. Dari situlah dia mencoba membuat Cam untuk mengurus anak - anak dengan segala keterbatasan yang ia miliki. 

Mark Ruffalo sangat sukses menjadi seorang ayah yang memiliki bipolar namun tetap dicintai kedua anaknya. Kembali karena wajahnya yang lembut sehingga keadaan ketika ia marah pun tidak menakutkan, membuat dua anaknya yang masih kecil tetap mencintainya meski keadaaan emosinya tidak stabil. Bahkan anak - anaknya yang memintanya kembali pulang ke rumah setelah ia keluar dari rumah sakit jiwa karena pancake buatannya lebih enak daripada buatan ibu mereka.

Tanpa drama - drama receh yang sedih, Infinitely Polar Bear menghadirkan drama keluarga yang hangat dan mengharukan.


3. Begin Again (2013)

Dan


"One of the most banal scenes is suddenly invested with so much meaning! All these banalities - They're suddenly turned into these... these beautiful, effervescent pearls. From Music."
Beradu akting dengan Keira Knightley, disni Mark menjadi karakter yang sedang dalam titik terendah, dimana ia gagal menjadi seorang kepala keluarga maupun seorang executive producer dalam label rekaman ternama miliknya dan partnernya sendiri. Dalam keadaannya yang menyedihkan, ia bertemu dengan Gretta dan kembali termotivasi untuk kembali menciptakan musik yang berkualitas.

Meski disini menjadi pria yang berantakan, Mark tetap kembali menjadi seorang ayah yang bisa mengambil kembali hati putrinya, dan juga menjadi seorang teman yang baik untuk Gretta. Karakternya dapat dengan mudah mendapatkan simpati penonton. Mark dan Keira juga memiliki chemistry yang kuat disini. Dan adegan keliling New York sambil dengerin musik berdua? OMG I'm so obsessed with that scene!


4. Now You See Me(2013)

Dylan Rhodes



"Really? Can you be any more of a condescending ass?"

Ini adalah salah satu karakternya yang saya sukai, terlebih juga filmnya yang mindblowing. Disini kita membicarakan NYSM yang pertama, karena di sekuelnya karakter Mark kembali menjadi pria baik hati dan lembut. 

Karakter Dylan Rhodes dalam NYSM adalah seorang agen FBI yang sangat menentang 'magic', sulap, apapun itu dan sangat berpegang teguh terhadap logika. Emosi yang cepat tersulut dan gegabah sehingga gampang dibodohi oleh The Horsemen membuatnya cocok menjadi karakter semi-antagonis yang annoying. Meskipun teteup yah marah dan gertakan Mark disini nggak seram dan nggak intimidatif, Mark sukses berperan menjadi agen FBI, penuh action, dengan ekspresi merengut, ngomel sana - sini dan nggak ada lembut - lembutnya. Sangat menunjang karakter Dylan yang memang plot twister abis.


5. You Can Count On Me(2002)


Terry Prescott




"Remember when we were kids? Remember what we used to tell each other?"

"Is that- Is that Mark Ruffalo?" adalah reaksi pertama yang gue ucapkan ketika menonton film ini. Gue nonton film ini karena rekomen family genre di IMDB, tanpa mengetahui bahwa ada Mark didalamnya. Dan gue sama sekali tidak menyesal, hahahha. That is a young - cute- Mark!

Lagi, film keluarga selalu membuat gue sentimentil dan film ini keren banget. Cukup jarang gue menemukan film - film holywood (dan Indonesia) yang menceritakan tentang hubungan kakak - adik dengan balutan plot "family" yang kuat tanpa unsur cinta - cintaan. 

You Can Count On Me menceritakan Sammy Prescott dan adiknya, Terry Prescott yang mana kedua orangtua mereka meninggal sejak kecil dan mereka berdua bertahan hidup bersama. Sampai suatu saat setelah dewasa Terry pergi meninggalkan kota tersebut dan independen, sedangkan Sammy memiliki anak (tanpa status pernikahan yang jelas?) dan menjadi single parent. 
Setelah beberapa tahun akhirnya Terry mengunjungi Sam namun dalam keadaan yang kurang baik dan tanpa uang. Akhirnya Sammy 'menampung' Terry beberapa saat dirumahnya sekaligus membuatnya sebagai pengasuh Rudy, anaknya, yang tidak pernah mendapatkan figur laki - laki dewasa dalam hidupnya.
Dalam film ini kita akan disuguhkan hubungan antara adik - kakak yang tidak ideal, tapi tetap memiliki hubungan yang kuat. 

Mark muda yang masih terlihat innocent disini unyu sekali hahahaha. Disini selain menjadi pria lembut tapi sukses menjadi seorang adik yang menyebalkan, merepotkan, dan tidak dewasa. And yeah, this is one of his best movies!



6. The Normal Heart(2014)


Ned Weeks



"Iam trying to understand why nobody gives a shit THAT WE'RE DYING!"


The Normal Heart memang tidak masuk jajaran film favorit gue, karena terlalu realistis dan menyakitkan, sedih banget. Tetep untuk gay movie, film ini menurut gue tidak bisa dibandingkan dengan Brokeback Mountain karena meski sama - sama tentang gay, muatan yang ingin disampaikan cukup berbeda. 

The Normal Heart menceritakan tentang gay pada tahun 1980an yang mana virus HIV AIDS baru mulai ditemukan dan sedang menjadi epidemic dan yang menjadi sorotan adalah gay pada masa itu. Mark disini menjadi Ned Weeks, seorang gay sekaligus aktivis di New York bersama komunitasnya. 

Film ini memang nggak masuk favorit gue karena tadi itu, sangat realistis, jadinya gue ikutan marah, ikutan sebel, sedih, kasihan, sampe endingnya sedih banget huhuhuhu gue sampe nggak mau nonton lagi.
Tapi secara keseluruhan tentu film ini bagus, punya pesan yang kuat banget, dan akting Mark oke banget dan pantas mendapatkan penghargaan! Who can resist Mark Ruffalo as submissive gay?? awawawaw~~


7. 13 Going on 30(2004)

Matt Flamhaff


"Jenna... I've always love you"

Rom - com memang habitat Mark secara natural kayaknya. Karakter wajahnya yang lembut, senyumnya yang melankolis abis, dan GANTENG, sudah cukup untuk membuat dia menjadi prince charming di Holywood. Dia sudah sering sekali memerankan tokoh protagonis dan jadi pria baik - baik. Dan karakternya sebagai Matt di 13 Going on 30 ini adalah the ultimate nice guy yang pernah ada di dunia film romance!

13 Going on 30 adalah rom - com sekelas Princess Diary, dengan alur cerita yang ringan sekali tanpa konflik parah yang bikin hati remuk redam kayak The Normal Heart. 
Menceritakan Jenna, seorang gadis 13 tahun yang memiliki sahabat sekaligus tetangganya, yaitu Matt. Dan setelah pesta ulangtahun ke 13 nya yang hancur, Jenna terbangun keesokan harinya dan lantas berubah menjadi seorang wanita berumur 30 tahun lengkap dengan segala pekerjaan dan apartemennya.  Disaat kebingungan ia berusaha mencari Matt untuk menolongnya. Namun ternyata, hubungannya dengan Matt setelah umur 13 tahun hingga 30 tahun sudah berubah dan tidak sedekat dulu. 

Dan ya, Matt adalah pria impian semua wanita di muka bumi ini. Siapa yang nggak mau sama pria ganteng, lembut, sabar, pengertian,apa adanya, sederhana, nggak banyak nuntut... dan lagi..dan lagi... omg~ Dan memang, Mark Ruffalo cucok banget disini, idaman semua wanita deh.




__________


Sebenernya masih ada lagi film dia yang sudah gue tonton, kayak Thanks For Sharing dimana Mark berperan sebagai seorang sex addict yang sedang berusaha menyembuhkan diri dengan ikut community support dan saling membantu dengan sesama sex addict disana, Filmnya bagus sebenernya, cuma tokoh Mark disini pun nggak menonjol dan tetap jadi protagonis nice guy. Ada juga Just Like Heaven, rom - com, yang biasa banget sih,  ceritanya ftv banget, dan tokoh Mark disini juga nice guy ga jauh - jauh kayak di 13 going on 30. 
Shutter Island pun, dia kembali jadi protagonis dan sayangnya jadi aktor pendamping dari Leonardo Dicaprio, jelas sudah kalah pesona, dan memang tidak terlalu menonjol. 
Terakhir yang gue tonton itu Kids Are Allright. Film ini masuk nominasi Oscar dan salah satu film yang cukup disukai Mark secara personal, tapi gue malah sebel banget sama film itu. Gak suka deh pokoknya.

Foxcatcher, Spotlight, Zodiac, adalah beberapa film yang masih masuk list untuk ditonton dan Mark mendapat banyak pujian untuk aktingnya di film - film tersebut.

See? He's a brilliant actor. And I love him so much. Terlepas dari aksi - aksi advokasinya dan pandangan - pandangan politiknya yang gue tidak mengerti dan tidak mencoba untuk mengerti, dalam dunia perfilman Mark Ruffalo sudah masuk jajaran aktor kelas atas. Memang kharismanya bukan kharisma yang kuat dan eksentrik seperti Robert Downey Jr,  ambisinya nggak menguar - nguar macam Dicaprio, bahkan dia cenderung tidak menarik perhatian dan sederhana. Dia memilih film dengan baik dan tidak melulu mengejar film - film box office, tapi juga film - film indie. Karena itulah dia menarik perhatian gue!

Check his films, guys, you're not going to be disappointed!



You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images