He's Everything That I'm Not

09:02










Banyak orang yang sudah cukup lama mengenal gue bertanya – tanya, kenapa gue bisa (dan mau) berteman dengan seseorang yang sifat dan perilakunya sangat berlawanan dengan diri gue. Pernah nonton Inside Out? Iya, gue Sadness dengan segala kemuramannya, dan dia adalah Joy dengan optimisme dan kebahagiaannya. Oh, atau ini. Eeyore dan Tiger di Winnie The Pooh. Gue itu Eeyore, yang gloomy parah dan sekalipun lagi seneng akan tetep terlihat gloomy, dan dia adalah Tiger, yang penuh energi lompat kesana kemari, sekalipun dia lagi bete, dia akan tetap loncat – loncat diatas ekornya.

Gue pun baru sadar, sebagai seorang introvert, temen – temen gue (yang mana lebih banyak populasi kucing di rumah gue dibanding temen gue di real life) adalah orang – orang introvert juga. Minimal ambievert, di tengah – tengah, yang seimbang dan tidak begitu ekspresif atau meledak – ledak. Gue pun sebagai seorang super introvert + super shyness + super awkward human being tidak pernah terlalu nyaman jika berada di tempat yang dominan orang ekstrovert, orang – orang yang ekspresif dan menyuarakan pikirannya melalui berbicara. Karena itu gue cukup kepikiran juga kenapa gue bisa berteman sama seseorang dari dunia lain dari dunia gue itu.

And the answer is, yup. He is everything that I’m not.







He is full of energy, and I’m not.

Udah bawaan alam dan naluriah kalau dia selalu penuh energi. Gue pulang dari kampus naik kereta sampe rumah juga udah tepar. Dia pernah dari Bandung pulang ke Jakarta langsung tancap gas pergi lagi ke rumah gue di Depok. Abis nongkrong nggak tidur, besoknya masih  bisa cabut lagi entah kemana. Secara fisik mungkin dia akan kecapekan dan menunjukkan gejala – gejala mulai asma kalau kegiatannya udah so crazy sana sini, tapi biasanya dia masih maksa ‘bergerak’ sekalipun badannya udah kasih peringatan. Berarti dari dalam diri dia energi untuk terus bergerak itu nggak pernah hilang. Seperti yang gue bilang, dia itu Tiger.


He is full of positive vibes, and I’m not.

Pikiran – pikiran negatif itu udah pasti ada dalam diri semua manusia, semua makhluk hidup bahkan (iya kucing gue banyak yang paranoid dan negative thinker!) begitu juga gue, dan dia. Sayangnya, pikiran negatif gue sangat mendominasi sehingga, ok, gue mirip sekali dengan Sadness. Dan dia? Tentu, The Pure of Joy. Gue ga akan bilang dia bebas dari pikiran negatif, nggak. Cuma kadarnya aja. Dia bisa membalik perasaan – perasaan negatifnya menjadi lebih positif lebih cepat dari gue. At least dia sangat mudah dan sering tersenyum daripada gue, dan banyak yang bilang senyum itu memicu perasaan – perasaan positif.

He is fast-decision-maker, fast-thinker, and I’m not.

Ini berlaku untuk hal – hal kecil, karena untuk hal besar (skripsi,misalnya) dia juga memiliki banyak keraguan dan kebimbangan manusiawi. Untuk hal – hal kecil dan besar dalam hidup gue, gue sangat lamban untuk membuat keputusan karena gue sulit beradaptasi, jadi gue harus menganalisa keadaan terlebih dahulu sampai benar – benar meyakinkan, kemudian baru ambil keputusan. Sayangnya ini gue lakukan dalam hal kecil juga seperti misalnya baca Gmaps dan lihat apakah jalan yang mau dituju benar adanya belokan – yang mana memang ada – dan sayangnya otak gue terlalu lama menganalisa jadinya kelewatan (kemudian dia akan ngomel – ngomel karena gue so slow ngahahahah). Untuk itulah gue membutuhkan dia, karena dia adalah salah satu dari sedikit orang disekitar gue yang memiliki kemampuan normal to fast – decision maker.

He is fighting for himself, and I’m not.

Gausah yang gede – gede dulu. Dia adalah orang yang suka berdebat dan mempertahankan sudut pandang dia sampai titik darah penghabisan. Mau debat langsung kek, debat di dunia maya kek, beuh. Berbusalah mulut kau berdebat dengan dia. Sedangkan gue? Gue memiliki banyak pemikiran, namun gue tidak  punya secuil ambisi pun untuk mempertahankan pemikiran gue. Gue bahkan tidak membela isi kepala gue sendiri. Maka dari itu dia adalah orang yang akan mempertahankan pemikirannya, menuntut hak – hak dalam hidupnya, membela dirinya sendiri, sampai titik darah penghabisan.

He speaks his mind and to the point, and I’m not.

Gue adalah orang yang kelamaan mikir kemudian gak jadi ngomong, dan dia adalah orang yang kecepetan ngomong dan mikirnya belakangan. Emang akan selalu ada dua tipe manusia seperti itu ngahahahaa. Tapi mungkin karena itu gue mentolerir sifat ekstrovert dia yang biasanya tidak bisa gue maklumi dari manusia ekstro – ekstro lain. Karena dengan dia menyuarakan apa yang ada dipikirannya, gue tidak perlu capek – capek menganalisa terlalu dalam, atau menerka – nerka terus menginterpretasikan ekspresi – ekspresinya. Kalo dia bilang A ya A. Kalo dia bilang B ya B. Jadi gue nggak perlu insecure atas sudut pandang, pikiran, maupun tanggapan terhadap diri gue.

He is full of expression, and of course, I’m not.

“Gue happy banget Oting gue seneng banget!” dan dia akan tersenyum, ketawa, heboh, sumringah daan lain lain. Kalo stress ya dia akan menunjukkan kalo dia stress. Kalo dia bete ya dia akan menunjukkan kalau dia bete.  Dan gue disini dengan straight face dan gejolak emosi yang cukup stabil bahkan cenderung tidak berdenyut akan menjadi terpancing karena gue cepat empati sama dia kemudian gue akan ikutan merasakan emosi - emosi yang dia rasakan. Main - main sama dia membuat “syaraf – syaraf” emosi gue olahraga dan lebih aktif.  Makanya kalau gue lagi bete gue sering minta ketemuan karena perasaan gue yang menumpuk akan bisa tersalurkan dengan merasakan emosi – emosi dan energi yang dia sebarluaskan ke gue.

He is socially confident – and I’m  not.
Dia kadang punya masa dimana dia nggak pede, tapi dia bisa menutupi itu semua dan nggak menjerumuskan dirinya ke dalam dunia awkwardness people. Gue adalah manusia minder dan terjerembab dalam jurang kekikukan. Maka berada disekitar dia, yang socially confident, membuat gue si ratu awkward paling hitz di dunia merasa aman di tempat – tempat umum yang ramai.



He has good taste in music, and I’m..... No! I have a good taste of music too!

Gue cukup mendengarkan banyak jenis musik dari berbagai genre. Dia juga punya range musik yang cukup warna – warni, dari klasik sampai guilty pleasure india – india remix gitu hahahaha. Meski dia nggak suka musik pop punk yang cukup gue puja – puja ataupun rock yang terlalu keras, selebihnya lagu – lagu favorit dia bisa gue nikmati. Dan entah ini gue yang emang terlalu pemikir dan perasa atau gimana (emang!) , gue selalu merasa musik – musik yang dia rekomendasikan dengan antusiasme yang terlampau antusias jadi memiliki secuil emosi dia. Misalnya, dia ngasih tau salah satu remix lagu Ariana Grande (iya gotir dengerin Ariana Grande, bodoamat), sambil bilang”asik kan? Enak kan? Asik kan?” dengan so much hype, dan emang ternyata lagunya enak. Besok – besok tiap gue dengerin lagu  itu lagi gue akan menikmati lagu tersebut berikut dengan  emosi yang sama ketika dia sibuk mengekspresikan betapa enaknya sebuah lagu. Kings Of Convenience, Imogene Heap, Regina Spektor, Alina Baraz, Beyonce, Sia, adalah beberapa dari banyak lagu – lagu dia yang ada di playlist gue yang memiliki energi dia didalamnya.

He likes to talk, and I’m not.

Nggak dalam konotasi negatif lho ya. Maksud gue, gue seringkali menemukan orang – orang yang sekalipun suka berbicara, ketika menghadapi gue yang sangat diam akan mati angin dan pembicaraan jadi berhenti kemudian situasi menjadi awkward. Dan dia berhasil melewati level itu. Disatu sisi gue suka dan tidak keberatan mendengarkan dia berbicara-bercerita, dan dia pun akan terus berbicara. Sekalipun kadang dia udah capek atau udah ga ada topik, dan gue diem, dia akan mulai ngomong lagi. Dia nggak akan membiarkan ada kesunyian yang awkward.

He is a little clumsy, and I’m.... super clumsy!

DOUBLE CLUMSY! Inilah penyebab utama Clumsy 1.0 kepeleset waktu mau naik tangga ke dalam kapal, kemudian Clumsy 2.0 mencoba menolong terus handphonenya malah kecemplung di laut.  




Gue nggak tau kenapa gue jadi menulis tentang dia, mungkin karena gue terlalu excited abis ketemu dia kemarin, karena kelamaan nggak main setelah gue berhenti ngekos.  Or maybe I just miss him too much (there, I said it to the whole world! Hahahahah), soalnya biasanya gue akan ketemu dia seminggu beberapa kali walaupun cuma buat dengerin lagu, atau cuma mendengarkan cerita dia.  Kalau gue bete pun gue sering memaksa dia untuk ketemu, karena itu tadi, gue butuh energi dia. Gue nggak sering menceritakan masalah – masalah kecil gue ke dia karena tanpa dia tau masalah gue pun dia sudah bisa membuat gue merasa lebih baik. Dia punya super power itu, the power of positive vibes. Gue sering menyebut dia sebagai Sugar Daddy, hahaha, diimana perempuan perempuan akan nempelin laki – laki berduit. Dan gue disini juga nempelin dia karena gue butuh dia, bukan secara materi, tapi gue butuh positive vibes miliknya, yang cuma ada di dia.

That’s why I loved to be around him, karena semua yang ada dalam diri dia nggak ada di gue. Sebagaimana magnet yang memiliki dua kutub yang berbeda, sifat dia dan sifat gue saling berlawanan, tapi tanpa sadar dia memiliki magnet yang kuat untuk menarik gue. Sebenernya masih banyak sifat - sifat dia yang menarik gue, tapi udah males nulisnya bentar lagi kelas mulai nih hahahaha. 


Mungkin suatu hari gue akan pindah ke planet lain, mungkin suatu hari dia akan pindah ke belahan dunia yang lain. Mungkin suatu hari gue akan punya suami (ngarep, tir?) dan gue nggak boleh main sama dia, mungkin suatu hari dia akan punya istri dan dia ga boleh main sama gue lagi. Mungkin suatu hari kita akan berantem parah dan gue akan menghapus postingan ini, menghapus dia dari seluruh sosmed gue dan sebaliknya.  Mungkin suatu hari kita akan sama – sama bosan karena keseringan main dan nggak sedekat ini lagi. Mungkin suatu hari dia akan capek dengan segala negatif yang ada dalam diri gue, capek karena gue terlalu lama dalam berpikir dan memutuskan segala hal. Mungkin suatu hari gue tidak bisa menerima kata – kata dia kemudian berubah jadi Hulk. (see how my mind is so negative?)

Gue tidak lagi mengharapkan persahabatan yang indah, long last, blah blah whatever, because darling, peoples are changing and the world’s keep spinning. Gue akan berpikir serealistis mungkin jika suatu hari kami akan berubah, berpisah, dan banyak hal terjadi. Tapi gue pun sedikit berharap bahwa dia dan gue nggak akan berubah. Gue berharap di setiap weekend nanti dia akan datang kerumah gue , jadi godfather dan om nya anak anak gue karena gue nggak punya saudara kandung. Dia akan duduk di dapur rumah gue dan cerita panjang lebar tentang pekerjaannya sambil gue masak. Atau dia akan menculik gue dari rumah dan nongkrong di sbux sambil dengerin lagu seperti biasanya. Atau dia akan nemenin gue belanja baju buat anak – anak gue biar lebih fashunabel.  Gue berharap dia akan tetap menjadi bagian signifikan dalam hidup gue sampai tua nanti. Gue pengen dia nangisin gue kalau gue meninggal. Gue pengen dia melihat kehidupan gue berubah jadi lebih baik. Gue pengen dia tetap ada saat – saat krusial dalam hidup gue. Because I need him and his positive vibes.

Gue harus bersyukur dia telah menjadi salah satu karakter utama dalam hidup gue beberapa tahun terakhir ini. Semoga dia tetap menjadi karakter utama sampai cerita gue tamat. 




Gotir.








You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images