Painful

14:12

Setelah sibuk sibukan memilah barang yang saya perlukan, mengemasnya dalam box dan tas seadanya, saya baru sadar saya sendirian. Iya sih, emak saya pergi pagi tadi dan mengoceh tentang barang barang saya dan rasa tanggung jawab blah blah bla, dan jadilah saya mengemasi barang dan memilah sendirian dirumah. Sunyi dan senyap. Barang barang segala printilan sudah rapi di dalam box plastik, namun buku yang super banyak masih tersebar di seluruh sudut rumah. 

Kertas kertas, kanvas, cat, dan segala peralatan lenong lainnya sudah rapi di dalam box untuk di bawa besok besok. Ransel di punggung saya penuh terisi sketchbook dan peralatan menggambar seadanya, beberapa sepatu dan totebag yang biasa saya gunakan.Sampai akhirnya saya menangis. Well, saya memang emosional meskipun nggak ekspresif -_-

Entah saya menangisi apa. Sudah sering saya menangisi Hutan Berpagar. 



Yap, diatas adalah the original Hutan Berpagar. Lalu mengalami beberapa sesi perpindahan dan perubahan. Dan saya menangis cukup banyak disitu. Cukup banyak perubahan yang terjadi, tapi nggak pernah se ekstrem ketika Hutan itu dipecah. Ditambah sekarang, gue benar benar meninggalkan tempat itu.



Dapur yang selalu mengepul


"bar" tempat bikin teh


Kasur tempat galau galauan


Biasanya menghabiskan waktu di komputer

Lukisan yang sejak saya lahir nggak pernah pindah posisi

teras seadanya

Welcome Home!


Toilet yang amazingly sempit

Pindah rumah itu kayak orang mau putus. bener bener cut off. Nggak ada kesempatan kedua buat guling gulingan lagi di sana. Atau... yah.. nggak taulah..it's just.. painful


You Might Also Like

1 comments

  1. teras lo ngangenin banget pasti ting, tempat anggrek suka ngobrol gak jelas, tempat semua orang yang lagi galau curhat ke elo, tempat nyelesain masalah pas gue berantem sama ayu. pindah rumah berasa putus banget ya.... lo cuma bisa mengenang itu ting tanpa bisa kembali ke momen seperti dulu. Gue rinduuuuuuu hutan berpagar :* {}

    ReplyDelete

Like us on Facebook

Flickr Images