Sentimental

20:01

Selama gue hidup sampai detik ini, gue belajar satu hal yaitu rencana jangka panjang yang gue coba atur selalu melenceng. Dan gue sadar bahwa gue sedang memerankan naskah Nya, bukan naskah gue.

Waktu kecil gue bercita cita jadi dokter. karena apa? karena Susan bilang mau jadi dokter. dan setiap gue bilang mau jadi dokter, orang dewasa di sekitar gue akan tersenyum dan matanya akan berbinar binar melihat gue.

makin tua, lulus SD, gue semakin muak dengan matematika dan segenap pelajaran ipa. gue jadi keranjingan menulis. dan gue nulis semua imajinasi yang ngantri di otak minta dikeluarin.
disitu, gue pengen jadi penulis. tapi kok ya kalo penulis "aja" tuh kayaknya rawan banget. kayaknya nggak keren. Iya kalo jadi penulis sekeren Andrea Hirata dan lainnya,kalau cuma nerbitin buku ecek ecek, pantaskah gue disebut penulis? akankah gue terkenal dan meraup banyak uang?
akhirnya gue tambahin embel embel gue mau jadi editor majalah. karen gue suka baca majalah dan masih berhubungan dengan dunia tulis menulis.

semakin tua, semasa SMA, gue makin ragu mau jadi apa. mau jadi dokter jelas nggak mungkin. jadi akuntan, yang sesuai dengan jurusan gue? a BIG NO!
jadi penulis? tulisan gue makin tumpul. hasrat menulis gue makin nggak jelas kemana.
dan gue menutupi kegundah gulana an hati gue dengan menyamarkan cita cita gue sebagai editor majalah. gue inget waktu pak Dayat; guru ekonomi gue yang baik baik baik banget itu nanya satu satu tiap anak apa cita cita kami. Dan gue jawab editor. nggak se cuil pun lidah gue pernah mengucap sama orang orang disekitar gue bahwa gue hendak menjadi seniman.

intinya  cita cita gue dulu yang paling pakem adalah lulus SD masuk SMP 58, lanjut SMA 3, masuk UI jurusan sastra Indonesia, kerja di redaksi majalah dan lama lama naik pangkat jadi editor sementara gue pake nama pena menghasilkan novel novel yang aduhai.

Nyatanya?

lulus SD gue masuk SMP 58, lanjut SMA 35 , terus masuk IKJ yang lagi berjuang di pdsr untuk masuk ke studio seni lukis, dan jelas tujuan gue menjadi seniman, jauh dari kerja kantoran yang masuk jam 8 pulang jam 5 sesuai jam macetnya Jakarta.

And Im happy for that. gue menikmati itu. meski masa SMA gue babak belur, gue cukup menikmati chapter yang sedang gue jalani sekarang. gue nggak nyesel nggak masuk ui, nggak nyesel nggak belajar sastra dan nggak jadi mbak mbak kantoran. gue bersyukur mendapatkan naskah gue ini.

tapi hari ini tiba tiba gue berkhayal dan merangkai naskah gue sendiri.

entah pada umur gue yang keberapa, di suatu Sabtu sore gue lagi melukis di studio di belakang rumah sama suami gue; wirausahawan yang hobi melukis juga, dan anak anak gue ; cowok cowok kembar sedang mencoret coret dinding sok nge mural pakai cat poster.
what a wonderful world :)



You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images