Komplementer

13:57

Pasti diantara kita semua pengguna twitter pernah melihat beberapa akun galau, atau bahkan kita sendiri ngetwit, atau pun orang  yang nggak main twitter pasti pernah berfikir,bahkan menggombali pacarnya seperti ini :
“Kita tuh kayak sandal. Nggak berguna kalau salah satunya hilang”
Atau
“Cinta itu kayak kaos kaki. Saling melengkapi dan harus serasi”

Daan beberapa gombalan sejenis, yang menganalogikan kalau “Aku dan  kamu” itu sebagai barang barang yang saling melengkapi. Kalau di ekonomi itu barang komplementer. Contohnya seperti jarum dan benang, sikat gigi dan pasta gigi, kaos kaki dan sepatu, dan sebagainya.
Pernah ngeh nggak,kalau gombalan itu suatu hari akan berdampak buat anak anak kita? Gue yakin orangtua gue jaman dulu waktu gombal gombalan atau pas lagi kasmaran pernah berfikir kayak gitu *iyuuuuh* Dan itu terjadi.

Ketika bokap gue meninggal tahun 2004 lalu, dimana gue masih kecil dan berfikir bahwa kematian bokap gue bukanlah hal yang besar. Dikarenakan bokap gue termasuk bapak bapak yang cuek, dan ketika beliau mulai kena stroke, tingkat ke sensitifannya melebihi 10x lipat sensinya cewek cewek yang lagi PMS, daan gue pun membuat jarak dan keakraban antara ayah-anak  menjadi cukup longgar.
Dan ketika bokap gue meninggal gue   tenang tenang saja. Selama masih ada ibu gue  tersayang gue yakin gue akan baik baik saja. Toh ada bokap pun doi cuek sama gue dulu. Dan pemikiran  gue  saat itu  salah besar,sebesar  badan gue.  
Soal ekonomi emang masih bisa di handle sama ibu. Tapi ada saat saat gue butuh ayah gue. Apalagi belakangan ini gue sering berbeda pendapat tentang jurusan kuliah,masuk mana masuk mana. Gue kewalahan ngadepin ibu gue yang iya iya ngebolehin gue milih kuliah dimana aja,tapi sebenernya  dia pengen gue masuk UI apapun jurusan yang gue  pilih. Gue sih nggak mikirin jurusan  yang gue pilih, yang gue pikirin  itu  emang gue masuk ke UI? Hahahaha…
Emak gue bukan  orang yang mudah diyakinkan, sama seperti gue. Hadeeeeh… Dan waktu itu gue pernah kepoin nyokap gue bbman sama sahabatnya yang cowok, tentang nilai matematika gue yang super ancur. Terus temen nyokap gue itu jawab
“Udahalah,bakat dia bukan di situ, bukan di bidang menghitung. Lo nggak bisa maksa” Subhanallah gue terbang ke langit ketujuh. Yap, hal yang hilang setelah bokap meninggal adalah pembelaan. Pembelaan terhadap diri gue di depan nyokap gue. Kalau gue bête ke bokap, gue cerita ke nyokap,terus nanti nyokap bilang ke bokap dan semua akan lebih baik. Terus sekarang? Kalau gue berantem sama  nyokap,gue ngadu kemana,ke siapa  yang bisa membuat gue dibela? Yang bisa nengahin gue dan nyokap? Gue juga butuh curhat tentang masuk  kuliah. Gue butuh pendukung tujuan gue ke institute kesenian itu.
Gue juga butuh figure laki laki dalam hidup keluarga gue, yang bisa jagain nyokap dan gue. Yang bisa jadi tameng. Yang jadi ksatria. Yang jadi pemandu jalan kalau kita jalan jalan. Yap, setelah  bokap gue meninggal, nggak ada lagi acara jalan jalan keluarga. Berasa dongo  nggak sih kalau berenang ke ancol berdua doang sama nyokap lo, terus nyokap lo duduk nungguin barang barang dan lo berenang ngelilingin atlantis sendirian? Nggak seru  abis. Atau ke taman safari. Berdua sama nyokap lo. Terlalu krik krik. Atau nginep di villa nenek lo di puncak. Berdua sama nyokap aja? Krikrik. Bahkan ketika gue mulai tidur berdua sama nyokap gue,rumah terasa  sangat krik krik. Semua hal yang biasa dilakukan bertiga,jadi terasa janggal jika dikerjakan berdua. Ya,berbahagialah kalian yang  punya saudara. Jangan disiasiain juga itu saudara.
Dan sekarang bokap gue udah jalan jalan sendirian,duluan.


Banyak yang bilang, seorang  ibu bisa menggantikan posisi  ayah,tapi ayah nggak bisa menggantikan posisi ibu. Tapi itu dari sudut pandang kita sebagai anak.
Tapi kenyataannya, seorang ayah nggak bisa  menggantikan posisi ibu. Dan ibu pun nggak bisa menggantikan  posisi ayah. Karena apa? Karena orangtua kita itu  saling mencintai. Karena orangtua kita pernah saling jatuh cinta. Orangtua  kita pernah saling menggombali aku kamu seperti kaos kaki. Mereka sama seperti kita, yang jatuh cinta,dan menganggap “tanpa kamu aku nggak bisa apa apa” . Dan kita pun lahir dari mereka yang jatuh cinta dan saling melengkapi.
Orangtua kita bukan  barang subtitusi. Mereka  bukan sandal dan sepatu. Tapi mereka adalah sandal kiri dan sandal kanan.  Mereka sama fungsinya bagi kita.
Gue sempet nyesel dulu menomor duakan bokap gue. Gue nyesel nggak menjaga dan berlaku lebih baik, dan tidak memanfaatkan waktu gue yang sebenernya super banyak sama bokap buat saling cerita dan tukar pikiran.
Jangan sia siain orangtua lo,dan jangan membandingkan keduanya.. karena mereka adalah sandal kiri sandal kanan buat lo, bukan  sepatu dan sandal. 

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images