SAYA
20:45Iya, saya. S A Y A, saya. Diri saya sendiri. Tiara Nur Pangestika.
Tidak,saya tidak sedang berusaha bercermin. Saya hanya sedang... Introspeksi? Ah tidak. Saya hanya sedang ingin memaparkan diri saya pada anda anda yang sudah mengenal saya sejauh ini.
Kita awali dengan melantur, karena pikiran saya pun sedang melantur melanglang buana entah kemana mana.
Saya,wanita, 16 tahun, tinggal di Jakarta,status pacaraan dengan seorang gorilla ,bersekolah di sebuah SMA di kawasan Jakarta Pusat dekat kuburan yang maha serem, berumah di rumah susun di depan masjid di Jakaerta Selatan. Hidup serba pas pasan, duit pas pasan,otak pas pasan, hati pas pasan, badan kegedean.
Oke oke,saya sama sekali nggak ada bakat melucu,apalagi membuat orang tertawa.
Tapi sejauh ini saya bangga,bisa membuat beberapa orang menangis karena baca cerpen cerpen saya,wahahaha.dan mereka adalah manusia manusia terpilih!
Whatever, saya bukan seorang yang 'ada". Maksudnya,ada atau tidaknya saya, dunia tetap berputar(pastinya), takdir ibu saya tetap berlanjut, kematian bapak saya tetap tak ter elakkan, kelancaran belajar mengajar di kelas saya pun tak ada gangguan. Iam nothing. And maybe never gonna be something. Saya enggak penting.
Ada atau tidaknya saya tidak mempengaruhi perputaran dunia, atau apapun lah. Dan tidak ada yang menganggap saya penting.
Saya memang termasuk golongan melankolis..sedikit.
Saya cukup perasa dan peka. hanya pada orang orang tertentu ya. Se peka peka nya saya, kalau yang 'berubah' itu adalah orang yang saya benci ya saya bodo bodo amat. Contohnya si hitamberkawatgigisintinggilamiring mantan teman sekelas saya, kalau dia berubah,sakit atau apapun,saya sih bodo amat. Sudah antipati.
Ya,saya tipe pembenci dan pendukung setia apatisme. Hahaha.
Saya pembenci dan pendendam. Tapi situasi bisa berbalik,kalau orang yang saya benci mau mendekat ke saya dan menunjukkan bahwa dia pun memiliki sisi positif, akan saya terima dengan setengah tangan terbuka.
Dan apatisme saya. Iya, saya tidak perduli. Saya cuek. Saya egois. Saya akui itu semua. Tapi tidak untuk orang yang saya sayangi. Saya akan simpati empati padanya. Tapi tidak pada mereka yang bahkan melihat saya pun tidak. Saya tidak pernah menghargai orang orang yang tidak pernah melihat saya. "melihat" dalam arti kata lain.
Saya sering berusaha menunjukkan eksistensi diri dalam kehidupan sosial. Minimal saya menjadi OSIS di SMP,dikenal 2tahun angkatan, jadi ketua di TEATER35. Tapi ternyata belum cukup. Belum cukup membuat saya dipandang terpandang. Ternyata zaman sekarang normal saja tidak cukup. Saya harus menjadi abnormal untuk dikenal.
Orang pendiam dikenal karena pendiamnya, orang berisik dikenal karena berisiknya. Orang normal? WHO CARES?
Saya normal. Tapi tidak menutup kemungkinan hati saya bahwa saya ingin menunjukkan diri saya,ingin dikenal meskipun saya normal. Tapi rasanya tidak cukup. Banyak orang orang dengan mulut sangat kurang diajar di sekitar saya. Membuat saya muak.
Saya terkadang bosan menjadi normal. Saya ingin dikenal. Tapi apaan?! apaan sih yang dikenal di SMA saya? Pinter nggak menjamin dikenal,bodoh pun nggak menjamin untuk dikenal. Lalu? APa definisi nyata untu eksistensi di mata manusai SMA ** tempat saya bersekolah itu?!
Okeh okeh, saya ngerti bahwa saya tidak menarik secara fisik. Saya tidak bisa mengundang cowok cowok untuk menyiuli saya, membelalakkan matanya ketika saya lewat,atau sekedar membicarakan bahkan menyebut nama saya di toilet pria. TIDAK. Yang wanita pun belum tentu sirik pada saya. Siapa sih yang iri sama body saya yang kelebihan lemak dan bahu yang lebar dan kekar? Mereka pun nggak akan sudi membahas saya dalam kegiatan kegiatan ngumpul bareng geng, atau sekedar membicarakan saya ketika sms an. Saya hanya wanita biasa. BIASA> nothing.
0 comments