Kata orang menjadi dewasa, menurut gue menjadi orang lain.
09:58
Setelah melewati 1 semester sebagai mahasiswi di kampus
nyentrik itu, gue merasakan bahwa diri gue sudah berubah. Berubah menjadi gue
yang lain. Seumur hidup gue selama 19 tahun ini, gue pernah jadi gue yang itu,
jadi gue yang ini, gue yang begitu dan begini, dan gue yang nggak gue banget.
Dan pada akhirnya gue nggak pernah benar benar tahu gue itu sebenernya siapa
dan bagaimana.
Kata orang itu proses, proses menjadi dewasa. Tapi menurut
gue, gue jadi nggak kayak gue. Makin
kesini, gue makin introvert, makin pengen ngubur diri semakin dalam diantara
orang orang yang semakin mendongak melihat gue. Gue berjuang dalam diri gue sendiri, memutuskan
untuk terpuruk atau cuek saja karena semua orang di kampus gue ya emang warna
warni.
Gue jadi makin aneh. Kayaknya gue jadi sok cool sendiri di
tengah temen temen gue yang masih hebring hebring macam anak sekolah pasca UN. Banyak diam
dan mendengar. Mendengar suara suara yang nggak pernah gue dengar. Mendengar
kebisingan kebisingan. Mendengar benturan benturan ego, benturan benturan hati
dan kepala.
Gue memikirkan banyak hal yang dulu nggak pernah gue
pikirkan. Imajinasi gue untuk menulis jadi kering. Gue bahkan udah nggak nulis
cerita apa apa lagi. Gue nggak bersemi di padang cinta cintaan lagi kayak jaman
sekolahan, tiap tahun ada aja yang gue taksir, terus berbunga bunga, lalu
jadilah belasan cerpen hanya karena gue naksir satu orang. Menurut gue cinta
cintaan itu penting, tapi punya pacar
itu nggak penting. Tapi tiap mau suka
sama orang,pasti gue kepikiran tentang pacaran, dan gue berakhir dengan tidak
mencintai siapapun.
Gue mikirin duit. Gue sedih banget kalo mikirin duit. Dan gue
semakin was was dengan banyaknya orang yang nggak punya hati bertanya “kamu kuliah
jurusan apa” dengan pertanyaan lanjutan “Kalo kuliah jurusan itu kamu nanti
kerjanya apa? Jadi apa?”
Gue semakin takut menghadapi jaman dengan uang. Disatu sisi
gue kekeh nggak mau jadi karyawan kerja kantoran di belakang computer. Tapi gue
juga was was dengan profesi masa depan gue yang menurut gue sangat beresiko
untuk jadi mata pencaharian di tengah metropolitan ini.
Banyak yang bilang “ lo enak cewek, woles aja nanti juga
biaya hidup ditanggung suami”. Dan muncul pertanyaan lagi di kepala gue, apakah
gue akan punya suami? Membayangkan gue merit. Membayangkan gue bermanis muka
sama keluarga besan gue.
What a complicated things to be thinked!
Gue menjadi orang dewasa yang membosankan. Yang kering
kerontang. Yang cuek. Yang aneh. Dan
bukan gue banget.
Lalu, gue itu seperti apa?
1 comments
Mirip sih sama yg ada di otak gw tapi ga semuanya juga hehe
ReplyDelete